Breaking News

Harlah ke 9 dan Kuliah Umum Kebangsaan, Perkuat Akademika UNU NTB, Prof Dr KH Said Aqil “Belajar dari Perjuangan Nabi Muhammad.”

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj MA saat memberikan kuliah umum kebangsaan di acara Harlah ke 9 UNU NTB, Kamis (21/12/2023).
Mandalikaplus.com - Mataram, Acara silaturahmi dan kuliah umum bersama Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj MA., yang berlangsung di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB) yang dihadiri TGH Turmudzi Badaruddin merupakan Rais ‘Aam sekaligus Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hadir juga Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) UNU NTB, Ibu Rektor Baiq Mulianah, M.Pd.I., segenap civitas akademika UNU NTB, dan dari Pemerintah NTB, hadir juga TNI, AU, AL, Polda, maupun dari Kejaksaan. Kamis, (21/12/2023).

Sambutan Rektor UNU NTB Dr. Baiq Mulianah, M.Pd.I. ”Tak terasa sudah 9 Tahun Kampus tercinta kita UNU NTB memberikan kontribusi bagi Daerah Nusa dan Bangsa, jumlah Mahasiswa saat ini sebanyak lima ribu Mahasiswa,” terangnya.

Rektor UNU juga pada sambutannya menyampaikan, Harlah ke-9 UNU NTB telah memberikan prestasi yang membanggakan bagi semua civitas akademika diantaranya: ”(1) Perguruan Tinggi dengan partisipasi terbanyak dalam Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) tahun 2023 – Ligatiga, kemudian (2) Perguruan tinggi dengan pendanaan hibah penelitian kerjasama dalam negeri terbanyak, dan (3) Perguruan tinggi swasta dengan pelaporan (PDDIKTI) terbanyak tingkat universitas tahun 2023.“

Sambutan kedua dari Sekretaris Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) UNU NTB H.L. Winengan, MM, membuka sambutannya dengan membaca surat Albaqorah ayat 9 ”Ukhaadi’uunal laaha wallaziina aamanuu wa maa yakhda’uuna illaaa anfusahum wa maa yash’uruun.” Yang artinya, mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.

Dalam kesempatannya, Winengan juga memberikan kuis untuk mengingat para pendiri UNU NTB, ”Baik yang sudah mendahului maupun yang masih berjuang, memajukan UNU NTB.”

Sambutan ketiga dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. Dalam kegiatan tersebut Said Aqil menyampaikan kepada peserta kuliah umum tentang sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW untuk sama-sama kita jadikan teladan dalam hidup.

Belajar dari Perjuangan Nabi Muhammad.

Prof. KH. Said Aqil Siradj mengawali tadarus kebangsaan dengan menjelaskan perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah. Perjuangan Nabi Muhammad untuk menyebarkan Islam sebagai agama yang menyejukan dari kota ke kota.

”Nabi Muhammad SAW dari Abad 15 yang lalu  telah mencoba dan berhasil membangun sebuah masyarakat bukan dari konstitusi agama dan etnik tetapi kesamaan cita-cita dan visi misi,” ujar Prof. KH. Said Aqil Siradj pada kuliah umum yang berlangsung di kampus UNU NTB tersebut.

Kemudian, menurut Prof. KH. Said Aqil Siradj. Al-Qur’an adalah cerminan akhlak Rasulullah. Salah satu di antara akhlak yang diajarkan Al-Qur’an dan diterapkan oleh Rasulullah adalah mengucapkan kata-kata yang baik, dalam berhubungan sosial. Termasuk menghindari mencela agama lain ketika berdakwah. Karena di mata hukum semuanya sama, pelayanan perlindungan sama seperti terjadi di Kota Madinah.

H. L. Winengan Sekretaris Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) UNU NTB, saat menyambut kedatangan TGH Turmudzi Badaruddin yang merupakan Rais 'Aam sekaligus Mustasyar Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di Kampus UNU NTB.
”Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Al-An’am: 108).

Menurut Prof. KH. Said Aqil Siradj di sinilah Nabi Muhammad SAW tidak pernah memproklamirkan negara Islam. Yang dibangun Nabi Muhammad SAW adalah negara modern yang berasaskan kesamaan di mata hukum. Nabi Muhammad SAW telah berhasil membangun masyarakat yang madani.

Dalam kuliah umum juga Said Aqil banyak membahas tentang Pancasila sila ke lima yaitu, Keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Kita melihat Indonesia dari sisi sumber daya, Indonesia memiliki segalanya. Dari sisi sumber daya alam, Indonesia terkenal sebagai negara “Zamrud khatulistiwa yang tanahnya sangat subur, airnya melimpah ruah, hutannya sangat luas dan tambang mineralnya tak terkira ragam dan kuantitasnya. Di samping itu, Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Mulai dari ikan, biota laut, dan aneka mineral yang terkandung di bawah laut,” Kata Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj.

Lebih lanjut ia memaparkan pada kuliah umum, dari sisi sumber daya manusia, ”Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 sedunia setelah China, India dan Amerika Serikat.”

Kemudian, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. Said Aqil Siradj menjelaskan soal Islam Nusantara di Indonesia.

Kata dia, bahwa penyebar Islam ke Indonesia ada dari berbagai negara, ada yang dari China, India, Persia dan juga dari Arab Saudi.

Oleh karena itu, “Mengharmoniskan antara teologi dan budaya. Kita bangun agama di atas budaya. Budaya kita jadikan infrastruktur agama. Agamanya kuat maka insya Allah tumbuh dengan budaya. Itu yang dibawa dakwah disebarkan oleh para Walisongo,” sambungnya.

Kata dia, bahwa Walisongo telah menyebarkan Islam Nusantara hanya 50 tahun. Dengan demikian, dakwah yang dilakukan para Walisonggo telah berhasil.

Dalam kesempatan tersebut, Said Aqil juga mengulas panjang lebar sejarah keruntuhan kekhalifahan Islam (Turki Utsmani), kemudian munculnya negara-bangsa, hingga tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit kelompok Islam radikal yang nyaris membawa kehancuran dan keruntuhan Islam di Timur Tengah.

“Jika tidak ada Al-Azhar di Mesir di Timur Tengah dan NU di Indonesia, Islam dan umat Islam akan mudah dibawa ke tebing kehancuran,” terangnya.

Ia menyebut Indonesia beruntung memiliki ulama besar bergelar pahlawan nasional, seperti K.H. Hasyim Asy’ari yang menurutnya berhasil menyatukan keislaman dengan kebangsaan, yang dapat menjadi fondasi dan perekat bagi kesatuan umat. Di Timur Tengah, kata Said, Islam dan nasionalisme tidak bisa disatukan dan bisa saling membelakangi.

“Di Timur Tengah kita tidak akan menemui orang seperti Hasyim Asy'ari yang merupakan seorang ulama sekaligus nasionalis. Di Timur Tengah, tempat kelahiran Islam, ulama, dan nasionalis memiliki agenda dan perjuangannya sendiri-sendiri,” terangnya.

Harlah ke-9 ditutup dengan Doxa yang dipimpin langsung TGH Turmudzi Badaruddin yang merupakan Rais ‘Aam sekaligus Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).(Ham).

0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close